Ini bagian terakhir dari perjalanan saya di Tokyo. Gomen ne! sempat tertunda hingga 4 bulan karena saya berjibaku dengan aktivitas kampus dalam rangka menyelesaikan skripsi :D
Saya berkunjung ke beberapa tempat di Tokyo yang sering dikunjungi turis. Seandainya saya bisa lebih lama di Jepang dan punya lebih banyak uang, tempat-tempat ini bukan menjadi prioritas saya. Mungkin saya akan menjelajah, mencari jalan baru ke tempat-tempat eksotis yang belum dikenal di Jepang. Tapi Thank God!, ini menjadi catatan wisata ke luar negeri pertama saya yang semoga bisa menjadi motivasi untuk melakukan wisata yang lain yang lebih menantang ^_^
Tanggal 12 Juni, pukul 08.00 waktu Tokyo, sebelum menghadiri penutupan acara AMSTECS di Oo-kayama, saya menyempatkan diri mengunjungi distrik Shibuya. Tadinya saya berencana sendiri, tapi bu Betty ingin ikut. Katanya mumpung ada teman untuk jalan-jalan..hehehe…
Dari stasiun Meguro kami naik Yamanote Line untuk menuju Shibuya yang konon katanya adalah subway tersibuk di Tokyo. Sampai di Shibuya saya ingin sekali berfoto dengan patung Hachiko, si ikon stasiun Shibuya. Tapi karena terpepet waktu sedangkan kami harus mencari dulu lokasi si Hachiko di stasiun sebesar ini, kami memutuskan meneruskan perjalanan ke Harajuku.
Yup! Kami berjalan kaki dari St. Shibuya ke Harujuku yang kira-kira memakan waktu sekitar 30 menit dengan berjalan kaki santai. Keluar dari St. Shibuya kami sudah disuguhi atraksi fashion jalanan. Ada saja muda-mudi Tokyo yang berlalu lalang dengan berpakaian nyentrik tapi cukup pantaslah dipakai mereka. Tapi kayaknya kalau orang kita yang make jadi aneh dan terlalu heboh :p
|
Fashion show jalanan |
Sepanjang trotoar menuju Harujuku banyak kami jumpai Toko-toko dari toserba sampai elektronik. Karena masih pagi banyak toko-toko yang belum buka dan jalanan masih terlihat lengang sangat…senangnya…beda banget sama Jakarta deh:p Situasi sepanjang jalan dari St. Shibuya ke Harajuku mirip banget dengan salah satu pusat Factory Outlet di kota Bandung. Bedanya kalau sepanjang jalan antara Shibuya dan harajuku jalanan dan trotoarnya jauh lebih besar dan tertata rapih dari pada Bandung :D Setelah berjalan kurng lebih 15 menit, kami mampir ke Family Mart untuk membeli Onigiri, lumayan buat ganjel perut :D harga satu Onigiri dijual 150 yen atau sekitar 15.000 Rupiah. Muahal! Padahal Cuma sekepalan tangan -__-“.
|
Shibuya masih sepi |
Fakta menarik yang saya temukan adalah...ternyata ada (sedikit) juga tuna wisma di Jepang.
|
Tuna wisma di salah satu titik trotoar St.Shibuya-Harajuku , di depan dekat taman Yoyogi |
Sayang foto kuil besarnya nggak saya temukan di folder saya. Ohya, No Camera di area altar kuil. Waktu mau ambil gambar saya ditegur sama satpamnya euy :p
|
Gerbang Kompleks Kuil
|
Dan pernikahan di kompleks kuil ini adalah momen paling menarik yang saya temui selama 4 hari di Jepang. Saya cukup beruntung bisa menyaksikan perhelatan ini. Jarang juga penduduk Tokyo apa lagi muda-mudinya yang masih ingin melaksanakn pernikahan dengan adat Shinto. Bukan atraksi, bukan sengaja ditunjukan dalam rangka menarik pengunjung. Happy marriage!
|
Pernikahan adat Shinto di kuil Meiji Jinggumei |
|
pengantinnya perempuan bergaun adat putih dan laki-laki berbaju adat hitam |
|
Di depan salah satu ruangan di kompleks kuil |
Sekian jalan-jalan di Tokyo. Semoga ada kesempatan yang lebih indah di tempat yang lebih indah ^_^