9/15/2011

Tokyo 4#: Bagian Yang Turis Banget!

Ini bagian terakhir dari perjalanan saya di Tokyo. Gomen ne! sempat tertunda hingga 4 bulan karena saya berjibaku dengan aktivitas kampus dalam rangka menyelesaikan skripsi :D

Saya berkunjung ke beberapa tempat di Tokyo yang sering dikunjungi turis. Seandainya saya bisa lebih lama di Jepang dan punya lebih banyak uang, tempat-tempat ini bukan menjadi prioritas saya. Mungkin saya akan menjelajah, mencari jalan baru ke tempat-tempat eksotis yang belum dikenal di Jepang. Tapi Thank God!, ini menjadi catatan wisata ke luar negeri pertama saya yang semoga bisa menjadi motivasi untuk melakukan wisata yang lain yang lebih menantang ^_^

Tanggal 12 Juni, pukul 08.00 waktu Tokyo, sebelum menghadiri penutupan acara AMSTECS di Oo-kayama, saya menyempatkan diri mengunjungi distrik Shibuya. Tadinya saya berencana sendiri, tapi bu Betty ingin ikut. Katanya mumpung ada teman untuk jalan-jalan..hehehe…

Dari stasiun Meguro kami naik Yamanote Line untuk menuju Shibuya yang konon katanya adalah subway tersibuk di Tokyo. Sampai di Shibuya saya ingin sekali berfoto dengan patung Hachiko, si ikon stasiun Shibuya. Tapi karena terpepet waktu sedangkan kami harus mencari dulu lokasi si Hachiko di stasiun sebesar ini, kami memutuskan meneruskan perjalanan ke Harajuku. 

Yup! Kami berjalan kaki dari St. Shibuya ke Harujuku yang kira-kira memakan waktu sekitar 30 menit dengan berjalan kaki santai. Keluar dari St. Shibuya kami sudah disuguhi atraksi fashion jalanan. Ada saja muda-mudi Tokyo yang berlalu lalang dengan berpakaian nyentrik tapi cukup pantaslah dipakai mereka. Tapi kayaknya kalau orang kita yang make jadi aneh dan terlalu heboh :p

Fashion show jalanan


Sepanjang trotoar menuju Harujuku banyak kami jumpai Toko-toko dari toserba sampai elektronik. Karena masih pagi banyak toko-toko yang belum buka dan jalanan masih terlihat lengang sangat…senangnya…beda banget sama Jakarta deh:p Situasi sepanjang jalan dari St. Shibuya ke Harajuku mirip banget dengan salah satu pusat Factory Outlet di kota Bandung. Bedanya kalau sepanjang jalan antara Shibuya dan harajuku jalanan dan trotoarnya jauh lebih besar dan tertata rapih dari pada Bandung :D Setelah berjalan kurng lebih 15 menit, kami mampir ke Family Mart untuk membeli Onigiri, lumayan buat ganjel perut :D harga satu Onigiri dijual 150 yen atau sekitar 15.000 Rupiah. Muahal! Padahal Cuma sekepalan tangan -__-“.  



Shibuya masih sepi
Fakta menarik yang saya temukan adalah...ternyata ada  (sedikit) juga tuna wisma di Jepang. 


Tuna wisma di salah satu titik trotoar St.Shibuya-Harajuku , di depan dekat taman Yoyogi
    Dan akhirnya kami sampai di Harajuku, salah satu tempat yang turis banget di distrik Shibuya, Tokyo. Pasti udah tau dong Harajuku terkenal sebagai tempat nongkrongnya muda-mudi Tokyo dengan gaya pakaian dari mulai yang keren sampai nyeleneh tak ada duanya yang kemudian trendnya kita sebut Harajuku Style. Kalau mau nonton fashion show jalanan di Harajuku kita bisa nongkrong saja di depan stasiun karena biasanya stasiun menjadi meeting point mereka atau datang ke pusat perbelanjaannya di jalan Takeshita.


    St. Harajuku atau JR Harajuku
    Jadi jalan Takeshita adalah sebuah jalan yang lebih mirip dengan gang kecil sebenarnya yang letaknya tepat diseberang Stasiun Harajuku. Di sepanjang jalan ini berjejer toko-toko pakaian, tempat makan dan kafe tapi paling banyak sih toko pakaian. Bisa dibilang Blok M nya Tokyo:D Pakaian yang dijual beragam modelnya. Bagi Fashionista tempat ini sayang kalau dilewatkan. Harganya sih cukup menguras kantong meskipun udah diskon (untuk ukuran mahasiswa Indonesia).


    Sepanjang jaln Takeshita
    Harajuku Style
    Harajuku Style

    Nggak jauh dari St. Harajuku atau JR Harajuku, ada objek wisata lain yang juga menarik yaitu kompleks kuil Shinto, Meiji Jinggumae. O iya, Di jembatan depan komplek kuil juga bisa kita jumpai muda-mudi Harjuku mengelompok sekedar hanya mengobrol atau ada juga yang melakukan atraksi kostum. Kembali ke Kuil, Jadi kuil ini dibangun tahun 1912 untuk memuja arwah kaisar Meiji dan permaisuri Shoken. 

    Area komplek kuil ini ditutupi oleh hutan evergreen yang katanya pohon-pohonnya adalah hasil sumbangan dari masyarakt Jepang waktu dibangun dulu. Untuk sampai di gerbang komplek kuil dari St.Harajuku (Omotesando exit) dibutuhkan waktu 5-7 menit berjalan kaki. 

    Dari gerbang menuju kuil dibutuhkan waktu 10-15 menit berjalan kaki dengan kondisi jalan agak menanjak dikit. Ya lumayan jauh sih tapi tenang bagi pengunjung yang datang pada musim panas seperti saya nggak perlu khawatir kepanasan di tengah jalan karena kanopi pohon-pohon besar melindungi pengunjung dari terik matahari. Untuk masuk ke dalam kompleks dan kuil pengunjung nggak dipungut biaya tapi kalau ingin masuk hutannya dikenakan biaya KALAU NGGAK SALAH (lupa-lupa ingat :p) sekitar 500 yen/orang. 

    Sayang foto kuil besarnya nggak saya temukan di folder saya. Ohya, No Camera di area altar kuil. Waktu mau ambil gambar saya ditegur sama satpamnya euy :p

    Gerbang Kompleks Kuil


    Dan pernikahan di kompleks kuil ini adalah momen paling menarik yang saya temui selama 4 hari di Jepang. Saya cukup beruntung bisa menyaksikan perhelatan ini. Jarang juga penduduk Tokyo apa lagi muda-mudinya yang masih ingin melaksanakn pernikahan dengan adat Shinto. Bukan atraksi, bukan sengaja ditunjukan dalam rangka menarik pengunjung. Happy marriage!



    Pernikahan adat Shinto di kuil Meiji Jinggumei


    pengantinnya perempuan bergaun adat putih dan laki-laki berbaju adat hitam


    Di depan salah satu ruangan di kompleks kuil
    Sekian jalan-jalan di Tokyo. Semoga ada kesempatan yang lebih indah di tempat yang lebih indah ^_^

    Cheers!